31 Oktober 2008

17. Moh. Zuhri


Godong, 6 Desember 1971

Desa Manggarmas, Kec. Godong, Kab. Grobogan

Pesan dari Bapak Margono :
Berorganisasi adalah suatu latihan hidup dan terjun dalam masyarakat.

Komentar :
Mbah Modin, demikian Moh Zuhri biasa dipanggil oleh teman-teman, adalah orang yang rajin dan taat beribadah. Mbah Modin juga pintar dalam berorganisasi, terutama Pramuka. Pernah mengikuti ekstra kurikuler Pencak Silat pada waktu Pak Supomo masih mengajar di SMA Mrapen.

Saya termasuk orang yang sangat beruntung bisa mengenal lebih dekat dengan Moh Zuhri. Maklum, sebagai “anak” yang sangat pendiam dan tertutup pada waktu itu, saya tidak mudah untuk “akrab” dengan semua teman.

Selain di bidang agama, Zuhri juga sangat cakap di bidang Matematika, Fisika dan Kimia. Tetapi untuk pelajaran yang sifatnya “hafalan” seperti bahasa dan PMP rupanya dia kurang tertarik.

Pada waktu kelas II, ketika mau mengadakan tur, Mbah Modin diminta fatwanya. Ketika itu masih musim undian olah raga berhadiah atau PORKAS yang kemudian berganti nama menjadi SDSB.

Karena ternyata tidak semua murid bisa mengikuti study tour termasuk saya, kemudian Zuhri memberi fatwa agar kita “pasang” PORKAS aja! Hal yang tidak baik akan menjadi baik bila sifatnya adalah “darurat”, demikian fatwa sang “Modin.”

Rupanya Tuhan berkehendak lain. Tidak satupun nomor yang dipasang menang!

Zuhri termasuk orang yang suka membantu teman, termasuk aku. Aku termasuk orang yang sakit-sakitan. Aku masih ingat, waktu kelas II, Moh Zuhri mengantarkanku ke Puskesmas. Selain mengantar ke Puskesmas, Zuhri juga membayarkan biaya administrasinya, dengan uang recehan Rp25 dan Rp 50 yang ia punya!

Setelah lulus sekolah, Zuhri berusaha memberi pekerjaan kepada teman-temannya. Dari pada jauh-jauh ke Semarang lebih baik kita buka usaha sendiri, demikian rencana Zuhri.

Rupanya hal yang di luar dugaannya terjadi. Teman-teman seperti Ana rupanya marah kepada Zuhri, karena merasa dibohongi. Namun kemudian masalah itu bisa menjadi “clear” karena kita tahu siapa Zuhri.

Moh Zuhri yang baik, tidak perlu kecewa dan menyesal, yang penting kamu sudah berusaha yang terbaik untuk teman-temanmu. Ya khan..?

Peristiwa yang aneh dituturkan oleh Dadang. Ketika Dadang masih bekerja di Perusahaan sepatu bersama Kaswan di Tangerang, tanpa diduga sama sekali datanglah Moh Zuhri.

Sangat aneh! Demikian pikir Dadang. Dadang dan Kaswan sama sekali tidak pernah memberi alamat kepada Moh Zuhri, mengapa dia bisa sampai di sini.

Seandainya ada orang yang diberi alamatpun, belum tentu ia bisa menemukan rumah kontrakan Dadang yang sempit dan “tidak jelas” gang masuk serta nomor rumahnya.

Rupanya Moh Zuhri datang dengan hanya berbekal sebotol madu dan tidak berbekal apa-apa lagi. Kemudian Dadang bertanya untuk apa botol madu itu. Zuhri menjawab, “Ini madu saya jual kalau saya sudah kehabisan uang di jalan”.

Wah, nyalimu besar sekali, Zur!

Setelah di”investigasi” secara marathon oleh Dadang dan Kaswan, rupanya Zuhri baru saja mempelajari ilmu “Ketuhanan” atau “Tauhid” yang semestinya dia belum mencapai level itu.

Wah, Zur… kayak Gus Dur aja!

Saya bersama Dadang terakhir ke rumah Zuhri di Manggar Mas tahun 2000, kira-kira tiga bulan sebelum Dadang dan Kasmudi menikah. Diceritakan oleh orang tuanya bahwa Zuhri sedang kuliah S2, setelah sebelumnya ia lulus S1 di IAIN Walisongo. Dadang menanyakan kepada Bapaknya Zuhri apakah Zuhri sudah mempunyai rencana akan menikah. Oleh Bapaknya dijawab bahwa Zuhri akan menikah kalau sudah selesai kuliah S2-nya!

Zuhri, selamat ya… kamu adalah orang yang patuh dan konsisten dengan apa yang ingin kamu capai.

Tidak ada komentar: